MATA KULIAH
INTERAKSI MENGAJAR
TUJUAN
BELAJAR MEMBANGKITKAN MOTIVASI SISWA
OLEH
I Nyoman Agus Santika Ardiana
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejak lahir manusia memerlukan dunia luar untuk mengembangkan potensi dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Berbagai macam cara ia gunakan dalam kegiatan belajar (menyesuaikan diri dengan dunia luar) itu. Definisi belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Namun pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku.Belajar bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan (intelektual, sosial, fisik-motorik), dan pengembangan segi-segi afektif yaitu sikap, minat, motivasi, nilai-nilai moral dan keagamaan (Sukmadinta, 2004: 251).Belajar merupakan hal internal yang kompleks yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi rentah-rentah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Proses
belajar mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar
tertentu kompleksitas belajar dipandang dari dua subjek, yaitu dari segi siswa
dan dari segi guru. Guru, sebagai
salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik
belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik.
Belajar
dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional.
Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan
terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional
pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk
menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter
pembelajaran. Belajar
diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan
perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan
interaksi.
Nah, untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukanpelajaran
sebagai penunjang dalam meraih cita-cita untuk masa depan. Akan
tetapi, banyak diantara kita yang menganggap pelajaran sebagai suatu kewajiban
dan bukan sebuah kebutuhan, karena persepsinya akan berbeda antara kebutuhan
dan kewajiban kalau kewajiban harus dilaksanakan seperti yang harus dilakukan
oleh orang tua demi masa depan anaknya. Tapi selain itu orang tua juga harus
menanamkan bahwa belajar itu sebuah kebutuhan bagi seorang anak. Sehingga mampu nantinya membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam penyusunan makalah ini akan dibahas beberapa masalah diantaranya:
1.
Apa definisi dari belajar dan motivasi ?
2.
Apa saja ciri-ciri perubahan prilaku dalam belajar?
3.
Bagaimana tujuan belajar?
4.
Apa peran guru dalam memotivasi siswa?
C. Tujuan
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui definisi dari belajar dan motivasi
2.
Untuk mengetahui saja ciri-ciri perubahan prilaku dalam belajar
3.
Untuk mengetahui tujuan belajar
4. Untuk mengetahui peran guru dalam memotivasi siswa
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar dan Definisi Motivasi
1. Definisi
Belajar
a. Depdiknas
(2003) mendefinisikan belajar sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap
informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah
proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti,
yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang
sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah
kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan
sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
b. Skinner
dalam bukunya Educational Psychology : The teaching-Learning Process,
berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila
diberi penguat ( reinforcer )
c. Moh.
Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
2. Definisi
Motivasi
Dalam mendorong
keberhasilan mewujudkan tujuan belajar, motivasi merupakan penentu yang sangat
penting, bagaikan bensin yang dapat menggerakan mesin mobil menuju tempat
tujuannya. Bagitulah arti penting motivasi, sebagaimana yang didefinisikan oleh
Elliot (2000) bahwa motivasi
adalah keadaan internal yang menyebabkan kita bertindak, mendorong kita pada
arah tertentu, dan menjaga kita tetap bersemangat pada aktivitas
tertentu.Motivasi membantu siswa cepat memahami pelajaran secara lebih baik
sehingga mampu meraih tujuan belajar.
Menurut Hermine
Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia
menggambarkan bahwa motivasi
belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar
belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Pendapat lain motivasi
belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam
pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990).
B. CIRI-CIRI PERUBAHAN PERILAKU
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku,
maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri – ciri
belajar. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja
(intensional).
Perubahan perilaku yang
terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.
Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin
bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia
mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar
tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha
mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar
Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan
perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (continue).
Bertambahnya
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan
dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga,
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi
dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat
Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka
pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan
dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi
Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan
perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang
bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka
pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan
untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari
dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang
terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang
mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam
dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun
setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan
berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun
prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh
perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi
pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan
mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang
psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat permanen.
Perubahan perilaku yang
diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat
dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka
penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan
melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan
kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa
belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek
mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang
psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh
nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif
dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai
aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku
belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk
memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa
belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau
pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang
pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia
memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Belajar adalah key term
( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,
belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena
pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen
psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas
dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
C. Peranan Guru dalam Mememotifasi Siswanya
Menurut
Ramayulis (2004 : 171) motivasi adalah suatu proses mengantarkan anak didik
kepada pengalaman yang diinginkan agar mereka dapat belajar. Sebagai proses,
motivasi mempunyai fungsi antara lain :
1. Memberi
semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siap untuk belajar.
Artinya seorang pendidik hendaknya tidak akan pernah berhenti memberi motivasi
kepada anaknya agar terus belajar
2. Memusatkan
perhatian anak pada tugas – tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian
belajar. Artinya pendidik harus memberikan perhatian kepada anak dan
mengarahkan anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya
3. Membantu
memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Artinya
pendidik hendaknya bisa memenuhi kebutuhan anak didiknya, baik yang bersifat
moril maupun materil dalam jangka waktu yang relatif panjang.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan
untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk
memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan
itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai
tujuan.
Menurut
Oemar Hamalik ( 2003 : 112 – 113 ) motivasi memiliki dua sifat, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan –
tujuan dari dalam diri sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau
motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya
keinginan mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman,
mengembangkan sikap untuk berhasil. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari
luar dan hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang
fungsional.
2. Motivasi ekstrinsik timbul
sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa
mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi ini diperlukan, sebab pembelajaran
di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
Sebagian
siswa mungkin memiliki antusiasme dan motivasi tinggi terhadap pelajaran yang
diberikan guru. Namun, sebagian besar siswa yang lain membutuhkan guru
mereka menginspirasi, memberikan tantangan, dan menstimulasi mereka. Bagi siswa
yang bermotivasi diri rendah peranan guru sangat penting dalam meningkatkan
motivasi ekstrinsiknya. Karakter dan tindakan guru di ruang kelas dapat
mentransformasi derajat motivasi siswa sehingga menjadi lebih tinggi atau
sebaliknya.
Sebagian
besar siswa pada dasarnya akan merespon positif terhadap pengajaran kelas yang
terorganisir dan guru yang tulus mencurahkan perhatian saat mengajar. Setiap
aktivitas yang guru lakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara
otomatis akan menambah motivasi belajar siswa. Tidak ada satu rumus dan formula
instan yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa. Kecuali kita memahami bahwa
guru telah terdidik dan terlatih secara profesional dalam meningkatkan motivasi
siswa. Secara ideal guru telah disiapkan dan terampil membangun cita-cita
siswa.
Di
samping guru, banyaknya faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar.
Seperti yang diungkapkan oleh Bligh (1971) dan Sass (1989), motivasi siswa
dalam belajar dipengaruhi oleh :
1. Ketertarikan
siswa pada mata pelajaran.
2. Persepsi siswa tentang penting atau tidaknya
materi tersebut
3. Semangat untuk meraih pencapaian
4. Kepercayaan diri siswa
5. Penghargaan diri siswa
6. Pengakuan orang lain
7. Besar kecilnya tantangan
8. Kesabaran
9. Ketekunan
10. Tujuan hidup yang hendak siswa capai.
D. TUJUAN BELAJAR
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan – keputusan penting untuk kehidupannya.
Pada hakikatnya pendidikan atau belajar mempunyai
tujuan, yaitu :
1. Untuk mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh aspek
pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan
potensi manusia diisi kebutuhannya supaya berkembang secara wajar.
a. Potensi
jasmani (fisiologis dan panca indera), menurut ilmu kesehatan memerlukan gizi
dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat
sebagai prakondisi hidupnya.
b. Potensi
– potensi rohaniah (psikologis dan hati nurani ), juga membutuhkan makanan.
Makanan rohniah ini terutama kesadaran cinta kasih, kesadaran
kebutuhan/keagamaan, sastra, dan filsafat. Hidup rohaniah ini pangkal
kebahagiaan manusia.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama hidup.
Tujuan belajar menurut
Soemitro sebagai mana yang dikutip Zahara Idris (1992) memiliki hirarki atau
tingkatan sebagai berikut :
Tujuan umum belajar
a. Memahami,
mengerti dan mencintai dirinya ( individualitas )
Dalam belajar, kita tentu akan menemukan banyak pemahaman
tentang berbagai hal. Belajar menjadikan kita memahami sesuatu yang belum
diketahui menjadi sesuatu yang di ketahui. Perolehan pengetahuan yang kemudian
menjadi sebuah ilmu, yakni dilalui melalui proses belajar. Namun, seyogyanya
belajar itu adalah akan menyadarkan kita mengenai pemahaman tentang diri
sendiri. Menurut saya, belajar itu seperti apapun khazanah yang ditelusuri
dalam prosesnya tapi menjurus pada satu hal, memahami diri sendiri.
Belajar adalah sebuah proses memahami, menempatkan, mengerti
mengenai manusia sebagaimana manusia. Dalam belajar tersebut kemudian, kita
menemukan diri dari luasnya ilmu pengetahuan. Semakin banyak kita belajar, maka
kita akan diarahkan pada satu hal, yakni memahami diri sendiri. Belajar dengan
tujuan mengubah dunia, maka tentu akan menuntun kita pada pemahaman bahwa hal
paling utama untuk dirubah adalah diri sendiri. Pepatah cina mengatakan, seribu
langkah dimulai dari satu langkah kecil
b. Memahami,
mencintai dan mengerti orang lain ( sosialitoir )
Proses sosialitoir dilakukan setiap orang sejak
lahir di muka bumi sampai meninggal. Bahkan, seorang bayi yang baru lahir
melakukan sosialisasi.
Contohnya belajar membuka mata untuk melihat dunia, belajar memegang sesuatu,
dan belajar merasakan sesuatu. Bersamaan dengan berjalannya waktu, pembelajaran
bayi mengenai dunia semakin kompleks. Misalnya belajar berjalan, berbicara,
makan, dan mengenal lingkungan sekitar. Berdasarkan tahapannya, proses
sosialisasi seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan
sekunder.
a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun.
Pada usia ini seorang anak mengenal lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga.
Anak mulai mengenal ayah, ibu, kakak, paman, bibi, nenek, dan kakek. Melalui
sosialisasi primer anak belajar tolong-menolong, toleransi, rela berkorban,
taat beribadah, jujur, dan menyayangi anggota keluarga.
Proses sosialisasi primer mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini karena anak akan menerapkan hasil
belajarnya dalam keluarga ke dalam pergaulan di masyarakat. Proses sosialisasi
primer merupakan dasar seseorang melakukan sosialisasi sekunder.
b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer
berlangsung. Pada sosialisasi sekunder seseorang belajar memahami lingkungan di
luar keluarganya. Pada proses sosialisasi itu masyarakat atau orang lain
mempunyai peranan penting. Sosialisasi sekunder diterima melalui pendidikan di
sekolah dan pengalaman hidup. Ketika seseorang belajar menghormati guru, menyayangi
sahabat, menghargai tetangga, pada saat itulah sosialisasi sekunder sedang
berlangsung.
Hal ini menunjukkan setiap individu melakukan proses sosialisasi
tanpa terkecuali. Setiap individu melakukan sosialisasi karena individu
tersebut berupaya menjadi bagian dari suatu masyarakat. Melalui sosialisasi,
individu mengenal dan memahami kebiasaan, perilaku, adat istiadat, dan
peraturan lain yang berlaku di masyarakat. Secara umum, terdapat dua pola
sosialisasi yang berkembang di masyarakat, yaitu sosialisasi represif dan
partisipatif.
c. Menyadari,
memiliki norma kesusilaan dan nilai – nilai kemanusiaan
Nilai adalah sesuatu yang berguna dan baik yang
dicita-citakan dan dianggap penting oleh masyarakat oleh masyarakat.sesuatu
dikatakan mempunyai nilai,apabila mempunyai
/kegunaan,kebenaran,kebaikan,keindahan dan religiositas.sedangkan Norma
merupakan ketentuan yang berisi perintah-perintah atau larangan-larangan yang
harus dipatuhi warga masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai.
Nilai dan norma merupakan dua hal yang saling berhubungan
dan sangat penting bagi terwujudnya suatu keteraturan masyarakat.nilai dalam
hal ini adalah ukuran,patokan,anggapan dan keyakinan yang dianut orang banyak
dalam suatu masyarakat.keteraturan ini bisa terwujud apabila anggota masyarakat
bersikap dan berperilaku sesuai dan selaras dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku.seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan sosial
seperti,kegiatan bersama harus memerhatikan dan melaksanakan nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.apabila dalam memenuhi kebutuhan
tersebut mengabaikan nilai dan norma sosial yang berlaku,tentunya ketertiban
dan keteraturan sosial tidak akan terwujud.
d. Bertindak
dan berbuat sesuai dengan kesusilaan, nilai – nilai hidup atas tanggung jawab
sendiri demi kebahagiaan dirinya dan masyarakat
( moralitas )
Moral dan moralitas itu tidak sekedar menunjukkan tingkah
laku atau sikap semata, akan tetapi lebih kepada kompleks komponen yang
menyangkut keduanya.[5] Dari asumsi ini, pernyataan moral dan moralitas tidak saja
meliputi komponen sikap, akan tetapi sekaligus tingkah lakunya. Ini berarti
bahwa moral sangat erat kaitannya dengan performasi dari tingkah laku tertentu.
Lebih dari itu, ruang lingkup moral juga meliputi tipe-tipe motivasi,
disposisi, dan intensi tertentu yang merupakan pra kondisi mutlak bagi tingkah
laku moral. Konsep Sumantri mengenai moral dan moralitas tidak semata
menyangkut tingkah laku dan sikap semata yang dapat diartikan secara terpisah,
tetapi keduanya merupakan satu kesatuan yang dapat terewujud melalui performasi
dan komponen kompleksitas antara tingkah laku dan sikap dalam bentuk motivasi,
disposisi, dan intensi tertentu.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
semua pembahasan yang sudah kita bahas di atas ambil kesimpilan belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi adalah
keadaan internal yang menyebabkan kita bertindak, mendorong kita pada arah
tertentu, dan menjaga kita tetap bersemangat pada aktivitas tertentu.
Peranan
guru dalam memotifasi siswa agar tujuan belajar tidak hanya untuk meraih atau
mendapatkan ilmu lebih kepada mengarahkan siswanya agar tumbuh kesadaran yang
luas.
Dari
semua upaya yang dapat dilakukan untuk memotifasi siswa agar tujuan belajar
terlaksana dengan baik dapat di simpulkan tujuan belajar yaitu
menghubungkan materi pelajaran dengan
kehidupan siswa sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
·
Djamarah, Syaiful Bahri.2002, Psikologi Belajar. Cet I. Jakarta: Rineka Cipta.
·
M. Sardiman.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet V. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
·
Taidin
Suhaimin. 2008.Artikel Motivasi & Pembangunan Diri. Copyright
UGMC. Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia
·
Wijaya
Maulana.2013. Proses
Belajar itu Proses Memahami Diri Sendiri. From http://maulanawijaya.blogspot.com/2013/02/proses-belajar-itu-proses-memahami-diri.html. (diakses 27
Oktober 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar